Jumat, 26 Desember 2008

NATAL

Seorang ibu tengah menyusun daftar hadiah Natal buat para kerabat dansahabat keluarga. Anaknya yang berumur tujuh tahun duduk disampingnya dan asyik memerhatikan. "Nak, Ibu sudah menyusun daftarnama penerima hadiah Natal kita. Coba kamu lihat, apakah ada namayang lupa Ibu tulis?" tanyanya. Si anak menyimak daftar nama yangditulis ibunya dengan teliti. "Ibu lupa mencatumkan nama Yesus,"sahutnya kemudian.Sebetulnya sangat ironis ketika Natal tidak lagi berfokus padaKristus. Bukankah Natal adalah peringatan akan hari kedatangan-Nya?Sayangnya, yang kerap terjadi sekarang adalah orang-orang malah sibukdengan kepentingan dan kesenangannya sendiri, sehingga pertanyaanyang muncul bukan, "Apa yang bisa aku berikan buat Sang Bayi Kudus?",melainkan, "Hadiah apa yang akan aku dapat? Mau shopping ke mana?Bisnis apa lagi yang bisa aku garap?". Fokusnya adalah "aku", bukanKristus.Di gereja pun demikian. Orang begitu sibuk dengan berbagai persiapanacara, hingga tidak jarang orang saling berkelahi. Kita lupa untukduduk tenang dan bertanya, "Apakah memang ini yang Kristus inginkansebagai peringatan atas kelahiran-Nya?" Tidak heran kalau kemudianNatal berlalu tanpa makna. Hanya sebuah rutinitas. Tidak mengubahatau memperbarui apa-apa.Hari ini kita kembali membaca kisah para Majus. Mereka datang keBetlehem dari negeri yang jauh; melewati berbagai rintangan danbahaya; membawa hadiah-hadiah bermakna untuk Kristus. Fokus merekaadalah: menyembah Kristus, bukan menuruti keinginan atau kepentingansendiri -AYANATAL HARUS BERFOKUS PADA KRISTUSSEBAB NATAL ADALAH PESTA-NYA, BUKAN PESTA KITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar